Sandal Spon Jadi Primadona Toyomarto
Tidak hanya terkenal kerajinan cobek batunya, Desa Toyomarto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang juga kaya akan produk home industri di masyarakatnya. Salah satu bentuk Usaha Kecil Mikro (UKM) yang tak kalah populer, yakni pada sentra kerajinan pembuatan sandal spon dan klompen asli made in Singosari.
Seperti sudah menjadi darah daging kreatifitas jiwa entrepreneur masyarakat sejak tahun 1992, sentra kerajinan sandal spon yang terletak di Dusun Sumberawan dan Ngujung Desa Toyomarto ini bisa dikatakan besar. Hampir di setiap sudut gang, pengendara yang melintas pasti akan disuguhi banyaknya plakat- plakat produksi dan lalu lalang warga sekitar mengangkut lembaran spon di atas jok motornya.
Salah satu pengrajin usaha sandal spon yang dapat Memo temui adalah Yono (32), warga RT 01/RW02 Dusun Sumberawan. Wirausaha muda ini mengaku setia menggeluti usaha kerajinan warisan orang tuanya sejak 15 tahun silam. Selain prosesnya mudah serta tersedianya bahan baku, membuat para pengrajin semangat memproduksi sandal spon dalam jumlah besar. “Sekitar 7000 sampai 10 ribu lebih sandal spon berbagai jenis kita produksi setiap bulannya disini,” ungkapnya.
|
Salah satu model sandal spon |
Dibantu 7 orang pekerjanya, bapak dengan 2 putra ini menjelaskan sistem tugas pengerjaan sandal sponnya, mulai dari pengeleman, penyablonan motif, pencetakan, pack hingga pengeplongan.Untuk itu pada pengerjaan motif warna pesanan pasar juga harus mengikuti tren. Seperti, hijau, merah, biru, putih dan kuning yang dirasa sangat menarik bagi segmen kawaula muda dan anak-anak. “Sebagai daya tarik segmen pembeli, kita kebanyakan mengerjakan pesanan sandal spon motif warna, hal itu sebagai daya tarik segmen muda,” ujarnya.
Sementara itu, untuk pemasaran sendiri terbilang lancar, karena sudah ada pada pengepul langganan setianya. Paling banyak permintaan pemesan berada di Pasar Besar Matahari Malang, selain itu juga datang dari luar kota seperti, Surabaya, Lumajang, maupun Pasuruan.
Selain Yono, ada pengrajin lainnya Darto (37) warga Dusun Ngujung. Sehari-hari di tempat usahanya mampu mengasilkan ribuan sandal spon siap jual. Soal harga sendiri juga terbilang murah antar Rp10 ribu sampai – 20 ribu. Sama seperti pengrajin lainnya, bahan baku lembaran spon juga mudah didapatkan. Produk tersebut kebanyakan dipasarkan ke Pasar Besar baik di Malang maupun Surabaya.“Saat ini sebenarnya ada dua sandal yang diproduksi antar spon dan klompen kayu, berhubung kayu dirasa mahal, jadi sponlah yang saat ini menjadi primadona produksi warga Sumberawan dan Ngujung,” pungkasnya.
Sementara itu untuk bahan baku sandal spon tidak ada masalah. Karena di Dusun Ngujung sendiri sudah ada tempat penyuplai lembaran spon milik H. Shulton. Pabrik yang berdiri 1997 dengan luas 50 m2 mampu menyuplai setidaknya 47 tempat usaha yang ada di Sumber Awan dan Ngujung.“Kita juga suplai lembaran spon keberbagai daerah seperti Banyunwangi, Pasuruan Bali, kususnya penjulaan pada para pengrajin Sendal Spon asli Toyomarto Singosari,” ungkapnya.
Dibantu 8 karyawan, ada sekitar 8 mesin iris dan penipis siap mencetak lembaran spon untuk di jual. Diakuinya, dirinya dalam 1 Bulan mampu menyuplai setidaknya 8 ton lembaran spon berbagai warna ke pengrajin sandal yang tersebar di tempatnya.
Dikatakannya pada spon yang didapat sangatlah melimpah yang didatangkan langsung dari Surabaya, jadi pengrajin tidak usah kawatir tentang stok pada usaha kerajinan sandal sponnya.“Mengenai harga kita jual juga bervariasi, tergantung warna dan ketebalan, misalnya 6 sampai 10 mili khusus warna biru merah kuning ukuran 3 x 2 kita kenai harga Rp 200 ribu, sedangkan yang warna lain mencapai Rp. 80 ribuan,” pungkasnya.